19 Oktober 2007

Rekruitmen Calon Pronen

PENERIMAAN
CALON PROPONEN GEREJA TORAJA
TAHUN 2007

Dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayan dalam jemaat-jemaat Gereja Toraja, Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja akan menerima Calon Proponen untuk dipersiapkan menjadi Calon Pendeta Gereja Toraja. Berdasarkan analisis menyeluruh mengenai kesiapan jemaat-jemaat untuk memanggil pendeta, maka jumlah yang akan diterima kali ini adalah 40 orang. Jumlah ini sesuai dengan jumlah maksimal pendeta yang kemungkinan dapat dipanggil oleh jemaat-jemaat sampai tahun 2010 ketika calon-calon ini selesai mengikuti program penyiapan calon pendeta dengan baik.
Sejak SSA ke-20 Gereja Toraja di Rantelemo, masalah spiritualitas para pelayan mendapat perhatian utama. Hal ini lebih dikonkretkan dalam Sidang Sinode Am ke-22 Gereja Toraja 2006 melalui keputusannya yang menugaskan Institut Teologi Gereja Toraja untuk melaksanakan pendidikan kependetaan dan penyegaran pendeta secara berkala.
Dalam konteks ini, seleksi calon pendeta Gereja Toraja menjadi lebih ketat. Demikian pula, proses penyiapan mereka lebih intensif dalam bentuk pelatihan dan pendampingan. Semua ini dilakukan dengan harapan agar dapat diperoleh tenaga pelayan yang lebih matang, berdedikasi/berkomitmen dan memiliki spiritualitas yang utuh. Secara detail proses penyiapan tersebut meliputi:
a. Proses seleksi calon proponen.
b. Pendidikan penyiapan Calon Proponen selama 3 bulan (tahap I).
c. Ditempatkan sebagai tenaga proponen di jemaat selama satu tahun.
d. Pertemuan refleksi selama 6 minggu (tahap II)
e. Kembali ke jemaat melanjutkan pelayanan sebagai proponen selama 7 bulan.
f. Perampungan pendidikan sekitar 1 bulan (tahap III), termasuk evaluasi kemampuan berteologi secara kontekstual. Proponen yang menyelesaikan proses ini dengan baik, menjadi calon pendeta.
g. Selanjutnya BPS Gereja Toraja akan melakukan proses pemanggilan dan pengurapan calon tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pemeriksaan Ajaran dan Perihidup tetap dilaksanakan di jemaat pemanggil sesuai peraturan yang berlaku
Gereja Toraja mengundang warganya, laki-laki dan perempuan, yang berminat dan memiliki dedikasi menjadi pelayan/pendeta Gereja Toraja serta yang memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut di bawah ini, untuk melamar.

1. Persyaratan:
1. Pendidikan minimal Sarjana Teologi (S1), lulusan Sekolah Teologi yang ajarannya tidak bertentangan dengan Pengakuan Gereja Toraja.
2. Usia maksimal 37 tahun pada tanggal 1 Januari 2008 (mengacu kepada Peraturan Kepegawaian Gereja Toraja).
3. Menyiapkan dokumen yang dibutuhkan:
a. Surat Lamaran yang menyatakan keinginan untuk menjadi Pendeta Gereja Toraja, ditujukan kepada BPS Gereja Toraja.
b. Riwayat Hidup (Formulir disiapkan).
c. Photocopy semua ijazah yang dimiliki dan laporan prestasi akademis terakhir (IP kumulatif).
d. Surat Rekomendasi dari Majelis Gereja Toraja di mana yang bersangkutan menjadi anggota jemaat.
e. Photocopy Surat Baptis dan Surat Sidi.
f. Bagi yang sudah menikah, photocopy Akte Perkawinan, Surat Nikah Gereja dan Akte Kelahiran Anak (bagi yang sudah mempunyai anak).
g. Pas Foto 3 lembar 3 X 4 Cm
4. Bersedia menandatangani Perjanjian Kesediaan menerima Keputusan BPS Gereja Toraja dan melayani di mana saja dalam lingkup pelayanan Gereja Toraja. (Formulir disiapkan)
5. Membayar biaya pendidikan calon proponen untuk tahap pertama sebesar Rp.2,000,000,- jika ybs terseleksi.
6. Dinyatakan sehat jasmani dan rohani oleh Tim Dokter yang ditunjuk oleh BPS Gereja Toraja.
2. Proses Seleksi:
1. Memenuhi semua persyaratan administrasi tersebut di atas.
2. Mengikuti seleksi tertulis untuk menjaring 60 peserta terbaik.
3. Mengikuti wawancara dan pemeriksaan kesehatan setelah dinyatakan terjaring dalam seleksi tertulis.
4. Dinyatakan sebagai 40 orang yang terbaik dalam seleksi wawancara.
3. Jadwal
1. Waktu pendaftaran: 8 Oktober-17 November, 2007
2. Tes Tahap 1 (tertulis): 26-27 November, 2007
3. Pengumuman Hasil Tes Tahap I: 1 Desember 2007
4. Wawancana dan Tes Kesehatan: 3-6 Desember 2007
5. Pengumuman hasil: 8 Desember 2007
4. Tempat pendaftaran
Kantor BPS Gereja Toraja, Jln Ahmad Yani No 45, Tlp. (0423) 21460
Rantepao 91831 Tana Toraja.
Tim Seleksi Calon Proponen Gereja Toraja 2007
Ketua Sekertaris

Pdt. Musa Salusu, MTh Pdt. Dr. I.Y. Panggalo

10 Oktober 2007

Pendidikan Kependetaan Gelombang Kedua

Institut Gereja Toraja sebagai salah satu unit kerja BPS Gereja Toraja yang khusus menangani pendidikan kependetaan untuk gelombang kedua diikuti 23 orang Proponen. Pedidikan kependetaan gelombang kedua dimulai pada tanggal 8 Agustus 2007 dan rencana akan berakhir pada tanggal 6 Oktober 2007 berlangsung di Pusbintra Tikala.

Peserta pendidikan sebagai berikut:
1. Yohanis Sapu, S.Th Jemaat Bethel Lisu Padang, Klasis Seko Padang 2. Christina Titik, S.Th Jemaat Rantepaku Klasis Tallunglipu 3. Adriadi Dominggu, S.Th Jemaat Beroppa’ Klasis Seko Lemo 4. Desvita Bandangan, S.Th Jemaat Sudiang Klasis Makassar 5. Fransiska Sannang Pauang, S.Th Jemaat Home Base Batu Klasis Wara Utara Palopo 6. Sulastri, S.Th Jemaat Bangunan Klasis Simbuang Barat 7. Paulina Tompok, S.Th Jemaat Buntu Minanga Klasis Parandangan 8. Yulier Adriana, S.Th Jemaat Tamalate Klasis Makassar 9. Efraim, S.Th Jemaat Tabang, Kapa-kapa, Sumpali’ Mebali dan Imanuel Karombi Klasis Mengkendek Tengah Barat 10. Abigael Lebang, S.Th Jemaat Uluway Klasis Mengkendek Tengah Timur 11. Esther Kombong Datu Palinggi, S.Th jemaat Saluampak Klasis Sangbua’ Lambe’ 12. Elvi Mongan, S.Th Jemaat Rembo’-rembo’ Klasis Bittuang 13. Ruth Meitha Rahayu, S.Th Jemaat Tombang Klasis Makale Selatan 14. Zatriana Lobo, S.Th Jemaat Sesesalu, Malolo Sesesalu, Karappa’, Kayu Osing dan BZ Patta’daran Klasis Rembon Sado’ko’ 15. Oktaviani Selynita Dua Tondok, S.Th Jemaat Palawa’ Klasis Sasi Utara 16. Adriana Arrang, S.Th Jemaat Sion Panajam Klasis Kaltim Balikpapan 17. Chistiani Somalebok, S.Th Jemaat Pa’buaran Imanuel Bone, Moria To’podong dan Maranatha Marondon Maranpa’ 18. Ruth Astuti Sannang, S.Th Jemaat Kandora Klasis Mengkendek Utara 19. Naomi Samperante, S.Th Jemaat Tanete Nanggala 20. Margaretha Rante Musu, S.Th Tina’ Rantetayo - Klasis Tapparan Rantetayo 21. Yetny Pantilen, S.Th Jemaat Issong Sendana, Sion Buntu Datu, Kassun, Moria Motok Kambuno, Imanuel Bamba Suka, Palisu Padang, Penanda, Pa’kampan, To’tallang, Buntu Ma’tanduk dan Cabang Kebaktian Sendana 22. Yulpianty, S.Th Jemaat Padangiring - Klasis Tapparan Rantetayo 23. Meri Rante, S.Th Jemaat Koroncia

(Aleksander Mangoting).

08 Oktober 2007

Gereja Mesti Berperan dalam Dunia Politik

Harta dan kekayaan tidak ada padaku, apa yang ada padaku itulah yang akan kuberikan. Demikian Drs. Jakobus Camarlow Mayong Padang, anggota DPR RI dari PDIP, mengawali ceramahnya pada Seminar Gereja dan Politik yang dilaksanakan oleh Institut Gereja Toraja di jemaat Elim Rantepao pada tanggal 24 Agustus 2007. Lebih jauh diungkapkan, dalam pengalaman selama ini, pembaruan dimulai dari kelompok kecil diberbagai lingkup termasuk di dalam gereja.


  • "Untuk itu, saya tidak pernah kecewa kalau peserta diskusi sedikit, yang penting serius dan mau mengaplkikasikannya. Menurut pemahaman saya, politik merupakan alat atau sarana untuk menata kehidupan bersama dalam berbangsa, bernegara dan mermasyarakat. Dan elemen penting dalam dunia politik adalah kekuasaan. Dan mungkin kekuasaan itulah yang merupakan magnet utama di dunia politik. Kekuasaan itu kecenderungannya korup, apalagi kalau kekuasaan itu tanpa batas. Karena itu, kekuasaan perlu ada batasnya. Hawa dalam Kejadian 3:6 adalah kenikmatan yang dilihatnya, begitu juga dalam dunia politik ada kenikamatan yang dilihat yaitu kekuasaan. Orang katakan kotor karena perbuatan orang yang melanggar nilai-nilai etika. Dalam dunia politik ada AD/ART, namun orang akan berbicara kalau menyangkut kepentingannya secara pribadi sehingga orang akan lebih mengarah ke individualisme. Ketika Allah menciptakan dunia ini, memberi tanggungjawab kepada manusia untuk memelihara (taman Eden) tetapi terjadi penggaran. Karena adanya kekacauan sejak Adam dan Hawah maka Allah mengutus Anak-Nya yang Tunggal yaitu Yesus Kristus (Mat. 5:15-16) dan memberi tugas kepada manusia untuk menjadi garam dan terang guna menata ulang bumi ini yang sudah rusak oleh karena kesekahan manusia.Gereja harus masuk ke dalam dunia politik untuk menjadi garam yaitu mencegah pembusukan". Demikian pemahaman politik yang diungkapkan Jakobus Camarlow, yang juga selaku Sekretaris Fraksi PDIP di DPR RI dan anggota Majelis Gereja Toraja di Jakarta.
Anak manisDalam pengalaman berbangsa dan bernegara selama ini, Gereja sering menjadi “anak manis” di depan kekuasaan (penguasa) seperti yang terjadi pada sidang gerejawi tertentu, semua spanduk dan umbul-umbul berwarna kuning, lain kali warna merah [mengikuti warna partai politik fihak yang berkuasa]. Hal ini, kiranya tidak terulang lagi di masa mendatang. Tidak perlu kita (Gereja) diwarnai oleh dunia ini, tetapi seharusnya, kitalah yang harus mewarnai (menggarami) dunia. Untuk itu, ke depan Gereja mesti mengambil peran dalam dunia politik. Jadi kejadian ini kiranya tidak terulang lagi dimasa mendatang. Demikian saran Jakobus, yang juga mantan aktifis GMKI.


Model politik dalam Alkitab
Dalam mengurai Alkitab guna mendapatkan benang merah politik, Pdt. Dr. Zakaria J. Ngelow, dosen Pasca Sarjana STAKN Toraja, mengemukakan bahwa ada model-model keterlibatan politik dalam Alkitab. Misalnya, model Musa dan Elia - berpihak kepada pemberdayaan rakyat, atay yang terlibat dalam perjuangan kaum marjinal, mereka yang terpinggirkan. Yang lain, model Yusuf dan Daniel - berusaha masuk ke pusat kekuasaan. Di dalam Perjanjian Baru, ada model Yesus, yang lebih condong ke cara Musa dan Elia, dimana pelayanannya lebih banyak berpusat di Galilea, di kalangan rakyat kecil di pedalaman dan hanya sekali-sekali ke ibu kota Yerusalem. Untuk itulah, beliau memperkenalkan Yesus itu sebagai “The Galilean Jesus.”

Gereja terkontaminasi
Dalam sejarah perjalanan pelayanannya, Gereja sering terkontaminasi dunia politik. Gereja lebih banyak berbicara mengenai kepentingan dirinya sendiri daripada kepentingan umum. Ke depan ada tiga hal utama yang perlu dilaksanakan yaitu: Pertama, berpihak kepada keadilan. Kedua, berani menyuarakan suara profetisnya dan ketiga, gereja membina anggotanya untuk berkipra di dunia politik berdasarkan nilai-nilai kristiani. Demikian diungkapkan Pdt. G.G. Raru, M.Si yang sudah Emeritus tetapi masih bekerja penuh waktu sebagai anggota KPU Tana Toraja. Langkah majuKegiatan Seminar mengenai Gereja dan Politik ini diikuti 23 orang calon pendeta, para pendeta yang berasal dari Makale, Rantepao dan Palopo, tokoh Gereja. Seminar dilaksanakan oleh Institut Gereja Toraja. Kegiatan ini merupakan sebuah langkah maju dalam lingkup Gereja Toraja. Demikian kesan beberapa orang yang mengikuti kegiatan ini.

(Aleksander Mangoting)

Membangun Pemahaman Ma'nene' Secara Kristen

  • Dari Seminar Ma’nene’ di Klasis Sesean
    5 Agustus 2007

Sidang Klasis Sesean tahun 1990-an mmutuskan: “Menerima Ma’nene’ Versi Kristen”. Namun sejak keputusan itu sampai pertengahan tahun 2007 orang enggan melaksanakannya, karena kuatir unsur-unsur Aluk Todolo masih akan berpengaruh dalam pelaksanaannya. Masalah lain ialah karena keluarga besar yang hadir pada upacara Ma’nene’ terdiri dari berbagai agama.Berdasarkan keputusan tersebut dan rekomendasi Keputusan Sidang Klasis Sesean di jemaat Batu Kamban, maka dilaksanakan seminar sehari yang dilaksanakan pada tanggal 14 Juli 2007 di Jemaat To’yasa Riu dilaksanakan Seminar mengenai Ma’nene’ versi Kristen dihadiri 50 lebih peserta terdiri dari utusan jemaat-jemaat se Klasis Sesean, tua-tua jemaat dan juga dari Aluk Todolo. Seminar yang dipandu Pdt. Tiku Rari, M.Th yang diantar dengan sebuah makalah berjudul “Ma’nene’ dan Ma’nene’ versi Kristen?” oleh Pdt. M. Samperitti.Tujuan seminar ini ialah mencari suatu bentuk Ma’nene’ secara Kristen. Sebagamana yang kita ketahui selama ini bahwa yang melakssanakan upacara Ma’nene’ ialah orang-orang yang beragama Aluk Todolo, padahal yang menghadirinya adalah sebagian besar orang Kristen. Berdasarkan realita ini, maka timbul pemikiran orang-orang Kristen di Klasis Sesean, bahwa “lebih baik orang Kristen yang melakukan Ma’nene’ secara Kristen daripada hanya ikut upacara Ma’nene’ yang dilakukan Aluk Todolo. Masalahnya, apa nama dan bagaimana bentknya Ma’nene’ versi Kristen?Dalam seminar ini belum ada kesepakatan tentang alternatif nama untuk Ma’nene’. Walaupun demikian, ada beberapa istilah yang muncul dengan alasan masing-masing yaitu:

Ma’nene’, bisa tetap dipakai karena itu hanya istilah saja. Kalau Ma’nene’ Kristen dilakukan, maka semua konotasi paham Aluk Todolo dlam istilah ini dengan endirinya hilang.• Syukur tahunan, kalau upacara bersifat tahunan seperti yang dilakukan di Baruppu’. Relevansi nama itu karena biasanya Ma’nene’ dilakukan setelah panen.• Ma’bungka’ Liang, punya makna bahwa di dalam Kristus, kubur-kubur tidak akan tertutup terus. Karena Yesus, kuburan-kuburan terbuka dan orang mati akan bangkit (Matius 27:52), dalam Kristus maut telah ditelan dalam kemenangan (1 Korintus 15:54-55). Setiap kali ma’bungka’ liang kita merayakan dan peringati kebangkitan.Salah satu nilai Kristiani yang nampak dalam Ma’nene’ ialah memelihara relasi kasih. Menurut kesaksian Alkitab, kasih itu tidak berkesudahan (1 Kor. 13:8,13). Dalam kaih kita keluarga dan leluhur yang telah meninggal, tanpa mengharapkan sesuatu dari mereka.

Dalam hubungan ini Pengakuan Gereja Toraja mengingatkan bahwa: “Mencari hubungan dengan arwah, menyembahnya dan mengharapkan berkat dari padanya, adalah usaha yang ia-sia serta merusakkan hubungan dengan Allah dan itu adalah dosa (PGT, Bab VIII, butir 5). Ada beberapa hal yang bisa dilakukan dalam Ma’nene’ Aluk todolo adalah:

  • 1. Memperingati pra arwah leluhur dan mensyukuri berkah-berkah yang diberikan kepada keturunan mereka yang masih hidup.
  • 2. Mengganti pembungkus mayat, pakaian tau-tau dan memperbaiki pintu liang yang ruak.
  • 3. Menyembelih hewan kurban, termasuk kerbau yang diongko’ atau dipa’pea untuk arwah yang dianggap belum cukup tunuanna ketika dikubur.
  • 4. Memindahkan mayat bila ada yang perlu dipindahkan.
  • 5. Ma’tori’, yaitu menandai pembuatan liang yang baru.

Pelaksanaan Ma’nene’ versi Kristen dalam jemaat-jemaat se Klasis Sesean, dipercayakan kepada jemaat masing-masing, mengingat pelakanaannya bisa berbeda di setiap jemaat.Sebelum melakukan upacara Ma’nene’ secara Kristen, Majelis Gereja di tiap-tiap jemaat memberikan pemahaman kepada warga jemaat, tentang alasan dan dasar Alkitabiah dan sesuai Pengakuan Gereja Toraja, dari Ma’nene’ seperti itu. Jika Majelis Gereja dan warga jemaat sepakat untuk melaksanakan Ma’nene’ versi Kristen, maka perlu dipersiapkan bersama secara matang. Yang menjadi pusat dalam acara itu ialaha Kristus, bukan lagi leluhur. Kristus Yesus yang telah mati dan sudah hidup kembali mngalahkan maut. Allahlah yang haru disembah dan dimuliakan dalam acara itu, karena kasih-Nya dalam Yesus Kristus dan pimpinan-Nya di dalam Roh Kudus dalam kehidupan Jemaat.Demikian rangkuman Seminar Ma’nene’ yang dilaksanakan oleh BPK di Jemaat To’yasa Riu.

Catatan:

Rangkuman hasil seminar ini disampaikan kepada semua majelis Gereja Toraja Jemaat se Klasis Sesean. Demikian diungkapkan oleh Pdt. Yakob Kabanga’, S.Th. Hasil seminar ditanda tangani oleh Pdt. Tiku Rari, M.Th selaku Wakil Direktur Institut Teologi Gereja Toraja dan Ketua BPK Sesean Pdt. Yakob Kabanga’, S.Th. Selain itu, salah satu referensi yang juga menjadi pembanding ialah Karya Tugas Akhir Pdt. Marthen Luther Patading Allo, S.Th., M.Min dengan judul: Ma’nene di Ba’lele, dalam menyelesaikan Program Magister Ministry pada STAKN Toraja.

(Bahan diolah ulang oleh: Aleksander Mangoting)