08 Oktober 2007

Membangun Pemahaman Ma'nene' Secara Kristen

  • Dari Seminar Ma’nene’ di Klasis Sesean
    5 Agustus 2007

Sidang Klasis Sesean tahun 1990-an mmutuskan: “Menerima Ma’nene’ Versi Kristen”. Namun sejak keputusan itu sampai pertengahan tahun 2007 orang enggan melaksanakannya, karena kuatir unsur-unsur Aluk Todolo masih akan berpengaruh dalam pelaksanaannya. Masalah lain ialah karena keluarga besar yang hadir pada upacara Ma’nene’ terdiri dari berbagai agama.Berdasarkan keputusan tersebut dan rekomendasi Keputusan Sidang Klasis Sesean di jemaat Batu Kamban, maka dilaksanakan seminar sehari yang dilaksanakan pada tanggal 14 Juli 2007 di Jemaat To’yasa Riu dilaksanakan Seminar mengenai Ma’nene’ versi Kristen dihadiri 50 lebih peserta terdiri dari utusan jemaat-jemaat se Klasis Sesean, tua-tua jemaat dan juga dari Aluk Todolo. Seminar yang dipandu Pdt. Tiku Rari, M.Th yang diantar dengan sebuah makalah berjudul “Ma’nene’ dan Ma’nene’ versi Kristen?” oleh Pdt. M. Samperitti.Tujuan seminar ini ialah mencari suatu bentuk Ma’nene’ secara Kristen. Sebagamana yang kita ketahui selama ini bahwa yang melakssanakan upacara Ma’nene’ ialah orang-orang yang beragama Aluk Todolo, padahal yang menghadirinya adalah sebagian besar orang Kristen. Berdasarkan realita ini, maka timbul pemikiran orang-orang Kristen di Klasis Sesean, bahwa “lebih baik orang Kristen yang melakukan Ma’nene’ secara Kristen daripada hanya ikut upacara Ma’nene’ yang dilakukan Aluk Todolo. Masalahnya, apa nama dan bagaimana bentknya Ma’nene’ versi Kristen?Dalam seminar ini belum ada kesepakatan tentang alternatif nama untuk Ma’nene’. Walaupun demikian, ada beberapa istilah yang muncul dengan alasan masing-masing yaitu:

Ma’nene’, bisa tetap dipakai karena itu hanya istilah saja. Kalau Ma’nene’ Kristen dilakukan, maka semua konotasi paham Aluk Todolo dlam istilah ini dengan endirinya hilang.• Syukur tahunan, kalau upacara bersifat tahunan seperti yang dilakukan di Baruppu’. Relevansi nama itu karena biasanya Ma’nene’ dilakukan setelah panen.• Ma’bungka’ Liang, punya makna bahwa di dalam Kristus, kubur-kubur tidak akan tertutup terus. Karena Yesus, kuburan-kuburan terbuka dan orang mati akan bangkit (Matius 27:52), dalam Kristus maut telah ditelan dalam kemenangan (1 Korintus 15:54-55). Setiap kali ma’bungka’ liang kita merayakan dan peringati kebangkitan.Salah satu nilai Kristiani yang nampak dalam Ma’nene’ ialah memelihara relasi kasih. Menurut kesaksian Alkitab, kasih itu tidak berkesudahan (1 Kor. 13:8,13). Dalam kaih kita keluarga dan leluhur yang telah meninggal, tanpa mengharapkan sesuatu dari mereka.

Dalam hubungan ini Pengakuan Gereja Toraja mengingatkan bahwa: “Mencari hubungan dengan arwah, menyembahnya dan mengharapkan berkat dari padanya, adalah usaha yang ia-sia serta merusakkan hubungan dengan Allah dan itu adalah dosa (PGT, Bab VIII, butir 5). Ada beberapa hal yang bisa dilakukan dalam Ma’nene’ Aluk todolo adalah:

  • 1. Memperingati pra arwah leluhur dan mensyukuri berkah-berkah yang diberikan kepada keturunan mereka yang masih hidup.
  • 2. Mengganti pembungkus mayat, pakaian tau-tau dan memperbaiki pintu liang yang ruak.
  • 3. Menyembelih hewan kurban, termasuk kerbau yang diongko’ atau dipa’pea untuk arwah yang dianggap belum cukup tunuanna ketika dikubur.
  • 4. Memindahkan mayat bila ada yang perlu dipindahkan.
  • 5. Ma’tori’, yaitu menandai pembuatan liang yang baru.

Pelaksanaan Ma’nene’ versi Kristen dalam jemaat-jemaat se Klasis Sesean, dipercayakan kepada jemaat masing-masing, mengingat pelakanaannya bisa berbeda di setiap jemaat.Sebelum melakukan upacara Ma’nene’ secara Kristen, Majelis Gereja di tiap-tiap jemaat memberikan pemahaman kepada warga jemaat, tentang alasan dan dasar Alkitabiah dan sesuai Pengakuan Gereja Toraja, dari Ma’nene’ seperti itu. Jika Majelis Gereja dan warga jemaat sepakat untuk melaksanakan Ma’nene’ versi Kristen, maka perlu dipersiapkan bersama secara matang. Yang menjadi pusat dalam acara itu ialaha Kristus, bukan lagi leluhur. Kristus Yesus yang telah mati dan sudah hidup kembali mngalahkan maut. Allahlah yang haru disembah dan dimuliakan dalam acara itu, karena kasih-Nya dalam Yesus Kristus dan pimpinan-Nya di dalam Roh Kudus dalam kehidupan Jemaat.Demikian rangkuman Seminar Ma’nene’ yang dilaksanakan oleh BPK di Jemaat To’yasa Riu.

Catatan:

Rangkuman hasil seminar ini disampaikan kepada semua majelis Gereja Toraja Jemaat se Klasis Sesean. Demikian diungkapkan oleh Pdt. Yakob Kabanga’, S.Th. Hasil seminar ditanda tangani oleh Pdt. Tiku Rari, M.Th selaku Wakil Direktur Institut Teologi Gereja Toraja dan Ketua BPK Sesean Pdt. Yakob Kabanga’, S.Th. Selain itu, salah satu referensi yang juga menjadi pembanding ialah Karya Tugas Akhir Pdt. Marthen Luther Patading Allo, S.Th., M.Min dengan judul: Ma’nene di Ba’lele, dalam menyelesaikan Program Magister Ministry pada STAKN Toraja.

(Bahan diolah ulang oleh: Aleksander Mangoting)

Tidak ada komentar: